Sabtu, 22 Desember 2012

#1 Malaysia: Day Two

Minggu tanggal 2 Desember 2012. Go to Genting

Paradiso Hostel selalu menyediakan segelas kecil jus jeruk dan roti bakar yang boleh ambil berapa slice pun yang kamu mau untuk sarapan. Sambil mencoba memakai fasilitas komputer internet gratis yang terletak di depan kamar kami.

Hari ini kami berencana pergi ke Genting. Di Genting ada gondola dengan lintasan terpanjang se-asia, 3,38KM. Disana juga ada casino, jadi inget filmnya Chow Yun Fat 'God of Gambler', tapi kalau masuk katanya sih harus pakai baju rapi kemeja/jas gitu. Fyi aja.

Di Plaza Rakyat kami ke salah satu loket travel yang menjual tiket tour ke Genting, mulai dari 21RM yang sudah termasuk tiket bus pp Genting, dan Sky Way Genting pp. Ternyata kami harus menunggu untuk keberangkatan bus yang jam 12.00. 

Kami memutuskan untuk lunch di Rumah Makan Anuja, persis di bawah kaki jembatan penyeberangan Plaza Rakyat. Kami memesan Nasi Goreng Pattaya (nasi goreng yang diselimuti telor dadar dan porsinya JUMBO). Sepiring berdua aku dan suami. Segelas teh hangat dan nasi goreng, kurang lebih 5RM. Lebih murah ketimbang kantin kantorku.

Kiri atas: Tiket bus ke Genting PP (masing-masing orang dapat 6 lembar) sudah termasuk tiket untuk Genting Sky Way / gondola; Kanan atas: Bani (suamiku) di depan bus yang akan mengantarkan kami ke Genting dari Plaza Rakyat; Bawah: Memasuki area Genting Highlands (berasa memasuki wilayah Puncak, Bogor)
Plaza Rakyat ini juga sekaligus semacam terminal untuk bus-bus menuju Genting dan daerah wisata lainnya. Kami harus memasuki platform/terminal yang sudah ditentukan di tiket, menuju ke basement Plaza Rakyat dimana bus sudah terparkir dengan rapi. Jangan dibayangkan terminal Pulo Gadung atau terminal Lebak Bulus ya. Sistem transportasi disini mengagumkan, tidak ada ‘kekacauan’ semacam yang kita lihat di Indonesia. 

Perjalanan ke Genting rupanya cukup lama, kurang lebih dua jam, seperti Jakarta ke Puncak.Cuaca mendung. Dan begitu kami sampai di Genting, kami melihat antrian yang sangaaatttt panjang dan memenuhi gedung di tempat kami akan naik Sky Way (gondola). Ya, ini antrian akibat weekend. Kami berular-ularan dalam antrian sekitar satu jam, akhirnya kami (kali ini) berdelapan memenuhi satu sky way. 

Genting Sky Way Kiri: Sudah berada di antrian terdepan untuk naik Sky Way yang max. diisi 8 orang, Kanan atas: perjalanan Sky Way yang sejauh +/- 3 KM, disuguhi pemandangan bukit yang hijau, cuaca gerimis; Kanan tengah: Bila takut ketinggian, cobalah untuk bersenang-senang di Sky Way dengan.... narsis berfoto ria. Tips. Kanan Bawah: Me bersama suami di area Indoor Resort Genting (Sumber: Dok. pribadi dan dok. foto Adi Kusumajaya)
Pemandangan dibawah yang kami lihat dari Sky Way mirip hutan di Gunung Halimun (belum pernah kesana sih, cuman liat fotoya doang) dan sejuk udaranya. Perjalanan Sky Way, menanjak dan menurun, mengikuti kontur bukit. 

Dua puluh dua menit, dan kami semakin dekat ke Resort Genting, ada Mall dan Hotel First World serta Dunia Fantasi ala Malaysia. Letaknya ini di bukit paling tinggi. Akhirnya kami berputar-putar di Mall sana, berwisata kuliner. Aku sempat membeli cemilan durian goreng (kebayang ga?) empat biji untuk 6RM. Kurang lebih kayak tape goreng tapi ini durian.

Di Dufannya Genting (outdoor) terkenal dengan wahana Flying Coaster, sensasinya kayak superman yang terbang, posisinya kayak gitu. Seorang teman (Diyan dan Adi) sangat bersemangat untuk mencobanya, aku jelas tidak. Rupanya suamiku juga tidak. Teman yang lain (Dimas) memberi pengakuan bahwa permainan itu hanya seperti permainan anak TK, dia lebih suka bungee jumping. Yea Right, nice try, dim... bilang aja takut. Hufft.

Aku dan suami memutukan kembali ke indoor Mall, kami sedikit cemas antrian Sky Way akan sama panjang seperti saat berangkat. Sementara kami harus kembali ke terminal bus Genting untuk keberangkatan jam 20.30. Kami harus on time atau kami akan ditinggal.

Antrian Sky Way yang seperti perkiraan sebelumnya, hampir sama panjang saat berangkat. Pukul 19.00 kami sudah mendapat giliran Sky Way balik. Diluar, kabut sudah mulai menyelimuti puncak Genting dan mulai gelap. 

Wajah-wajah Dimas, Diyan dan Adi K akhirnya tampak 20 menit sebelum keberangkatan. Seru sekali melihat raut wajah mereka. Rupanya mereka berhasil membujuk petugas untuk memprioritaskan mereka di antrian, sehingga mereka tertolong dan bisa sampai tanpa terlambat. Meskipun begitu mereka rupanya gagal menjajal Flying Coaster karena gerimis dan berkabut.

Setelah dari Genting, kami memutuskan untuk sekalian jalan-jalan dan narsis di Petronas, gedung yang menjadi icon Malaysia itu. Lebih bagus ambil foto Petronas kalau malam keimbang siang hari. Dari Plaza Rakyat, kami ke stasiun MRT, transit di Masjid Jamek, sambung Subway. Hey, aku baru tau kalau di KL ini ada subway... cool.

Atas: Petronas, Icon Buildingnya Malaysia. Foto di malam hari lebih dramatis dan indah. Bawah: Merasakan Subway di Malaysia, bisa dilihat di kaca tengah, yes kami berada di gerbong paling belakang. (Sumber: dok. foto Adi Kusumajaya)

Dan here we go... Welcome to the icon building of Malaysia, Petronas! It's pretty.

Pada perjalanan pulang, di Hang Tuah kami kurang beruntung karena MRT ke Bukit Bintang sudah habis. Kami berjalan kaki sejauh 2 stasiun saja, ya kurang lebih dua blok, perkiraan kami.

Di tengah-tengah perjalanan, ada salah satu restoran yang rame anak muda nongkrong, namanya Ali Mama. Kata Adi, biasanya kalau banyak anak muda, pasti karena tempatnya murah. Karena perut lapar, kami melepas lelah dan makan disana. Perutku yang lagi bosan segala macam ayam goreng ala KFC/McD rupanya hanya ingin makan indomie. 3RM untuk indomie. Thank God.

Dan satu blok kemudian kami sampai di Paradiso Hostel. Lelah. Begitu merebahkan diri di kasur dan sejenak kemudian terlelap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar