Minggu tanggal 2 Desember 2012. Go to Genting
Paradiso Hostel
selalu menyediakan segelas kecil jus jeruk dan roti bakar yang boleh ambil
berapa slice pun yang kamu mau untuk sarapan. Sambil mencoba memakai fasilitas
komputer internet gratis yang terletak di depan kamar kami.
Hari ini kami berencana pergi ke Genting. Di
Genting ada gondola dengan lintasan terpanjang se-asia, 3,38KM. Disana juga ada casino, jadi inget filmnya Chow Yun Fat 'God of Gambler', tapi kalau masuk katanya sih harus pakai baju rapi kemeja/jas gitu. Fyi aja.
Di Plaza Rakyat kami ke
salah satu loket travel yang menjual tiket tour ke Genting, mulai dari 21RM
yang sudah termasuk tiket bus pp Genting, dan Sky Way Genting pp. Ternyata kami
harus menunggu untuk keberangkatan bus yang jam 12.00.
Kami memutuskan untuk lunch di Rumah Makan Anuja, persis di bawah kaki jembatan
penyeberangan Plaza Rakyat. Kami memesan Nasi Goreng Pattaya (nasi goreng yang diselimuti
telor dadar dan porsinya JUMBO). Sepiring berdua aku dan suami. Segelas teh
hangat dan nasi goreng, kurang lebih 5RM. Lebih murah ketimbang kantin
kantorku.
Plaza Rakyat ini juga sekaligus semacam terminal
untuk bus-bus menuju Genting dan daerah wisata lainnya. Kami harus memasuki
platform/terminal yang sudah ditentukan di tiket, menuju ke basement Plaza
Rakyat dimana bus sudah terparkir dengan rapi. Jangan dibayangkan terminal Pulo Gadung atau terminal Lebak Bulus ya. Sistem transportasi disini
mengagumkan, tidak ada ‘kekacauan’ semacam yang kita lihat di Indonesia.
Perjalanan ke Genting rupanya cukup lama, kurang
lebih dua jam, seperti Jakarta ke Puncak.Cuaca
mendung. Dan begitu kami sampai di Genting, kami melihat antrian yang
sangaaatttt panjang dan memenuhi gedung di tempat kami akan naik Sky Way
(gondola). Ya, ini antrian akibat weekend. Kami berular-ularan
dalam antrian sekitar satu jam, akhirnya kami (kali ini) berdelapan memenuhi
satu sky way.
Pemandangan dibawah yang kami lihat dari Sky Way mirip hutan di Gunung
Halimun (belum pernah kesana sih, cuman liat fotoya doang) dan sejuk udaranya.
Perjalanan Sky Way, menanjak dan menurun, mengikuti kontur bukit.
Dua puluh dua menit, dan kami semakin dekat ke
Resort Genting, ada Mall dan Hotel First World serta Dunia Fantasi ala
Malaysia. Letaknya ini di bukit paling tinggi. Akhirnya kami berputar-putar di
Mall sana, berwisata kuliner. Aku sempat membeli cemilan durian goreng
(kebayang ga?) empat biji untuk 6RM. Kurang lebih kayak tape goreng tapi ini
durian.
Di Dufannya Genting (outdoor) terkenal dengan
wahana Flying Coaster, sensasinya kayak superman yang terbang, posisinya
kayak gitu. Seorang teman (Diyan dan Adi) sangat bersemangat untuk mencobanya,
aku jelas tidak. Rupanya suamiku juga tidak. Teman yang lain (Dimas) memberi
pengakuan bahwa permainan itu hanya
seperti permainan anak TK, dia lebih suka bungee jumping. Yea Right, nice try,
dim... bilang aja takut. Hufft.
Aku dan suami memutukan kembali ke indoor Mall,
kami sedikit cemas antrian Sky Way akan sama panjang seperti saat berangkat.
Sementara kami harus kembali ke terminal bus Genting untuk keberangkatan jam
20.30. Kami harus on time atau kami akan ditinggal.
Antrian Sky Way yang seperti perkiraan
sebelumnya, hampir sama panjang saat berangkat. Pukul 19.00 kami sudah mendapat
giliran Sky Way balik. Diluar, kabut sudah mulai menyelimuti puncak Genting dan
mulai gelap.
Wajah-wajah Dimas, Diyan dan Adi K akhirnya
tampak 20 menit sebelum keberangkatan. Seru sekali melihat raut wajah mereka. Rupanya
mereka berhasil membujuk petugas untuk memprioritaskan mereka di antrian,
sehingga mereka tertolong dan bisa sampai tanpa terlambat. Meskipun begitu mereka rupanya gagal menjajal Flying Coaster karena gerimis dan berkabut.
Setelah dari Genting, kami memutuskan untuk
sekalian jalan-jalan dan narsis di Petronas, gedung yang menjadi icon Malaysia
itu. Lebih bagus ambil foto Petronas kalau malam keimbang siang hari. Dari Plaza Rakyat,
kami ke stasiun MRT, transit di Masjid Jamek, sambung Subway. Hey, aku baru tau
kalau di KL ini ada subway... cool.
Dan here we go... Welcome to the icon building of
Malaysia, Petronas! It's pretty.
Pada perjalanan pulang, di Hang Tuah kami kurang
beruntung karena MRT ke Bukit Bintang sudah habis. Kami berjalan kaki sejauh 2
stasiun saja, ya kurang lebih dua blok, perkiraan kami.
Di tengah-tengah perjalanan, ada salah satu
restoran yang rame anak muda nongkrong, namanya Ali Mama. Kata Adi, biasanya
kalau banyak anak muda, pasti karena tempatnya murah. Karena perut lapar, kami
melepas lelah dan makan disana. Perutku yang lagi bosan segala macam ayam
goreng ala KFC/McD rupanya hanya ingin makan indomie. 3RM untuk indomie. Thank
God.
Dan satu blok kemudian kami sampai di Paradiso
Hostel. Lelah. Begitu merebahkan diri di kasur dan sejenak kemudian terlelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar