Rabu, 04 Januari 2012

Apa sih yang susah?

Akhir-akhir ini pegawai di kantor ku sedang diresahkan oleh peraturan (yang sebenarnya penegasan dan reminder) soal jam kerja. Surat yang dikeluarkan oleh bagian kepegawaian ini sebenarnya isinya bukan hal baru, tapi nyatanya masih banyak yang terkaget-kaget seakan baru mendengarnya sekarang. Geli.

Jam Kerja
Senin-Kamis: 08.00 - 16.00
Jum'at : 07.00 - 16.30 (jam 7 untuk senam pagi bersama)
Jam istirahat adalah pukul 12.00-13.00 kecuali Jum'at, 11.30-13.00

Lalu apa yang aneh? helooooo.... 8'))
Kenapa orang-orang harus bertanya 'eh, ini udah dimulai ya (peraturan) absensinya?' aku ga tau harus jawab apa kalo ditanya demikian. 
Belum lagi ada yang berkomentar 'Harusnya insentifnya juga jalan kalo disuruh masuk jam segitu' what?? 'Kan belum ada sosialisasi, lagipula sanksi2nya juga belum diberi tau' protes salah satu pegawai. Hei, bukankah tanpa sosialisasi pun semua orang tau kalo itu jam kerja yang benar? kenapa tiba-tiba semua mempermasalahkan ini?

Memang, kedisiplinan jam kerja disini masih rendah. Sudah dipasang alat absensi finger print untuk menggantikan absensi manual yang mudah sekali dimanipulasi, sudah disuruh latihan untuk menggunakan dan membiasakan diri absen. Tapi masih saja mematuhi jam kerja itu masih merupakan 'momok' bagi sebagian pegawai disini. 

Bukan aku sok rajin, sok teladan, tapi kenapa sih orang harus takut dengan konsekuensi dari perbuatannya? kalau mau masuk siang ya silakan, toh nggak ada yang ngelarang, tapi jangan salahkan kalau nantinya bos memberi 'rapor merah' atau mendapat sanksi administratif lainnya. Dan, terimalah dengan ikhlas. 8')) Ini juga berlaku buat aku jika aku melakukan pelanggaran yang sama. Aku sama sekali gak keberatan. Silakan hukum aku kalau aku yang salah.

Masih ingat, dulu waktu awal mesin absen finger print dipasang, banyak pro kontra, banyak komentar dari pegawai-pegawai, ada yang setuju demi kedisiplinan, tapi banyak juga yang mencibir, yang pesimis, yang takut susah menggunakannya, dan lain-lain. Lucu memang tapi juga ironis. Bahkan ada yang berlagak seperti di film-film action, berusaha untuk mengelabui mesin absensi dengan cara meninggalkan sidik jari di selotip bening, lalu ditempelkannya ke mesin absensi, dengan harapan jika mesin merespon 'oke' maka dia bisa menitipkan sidik jari di selotip itu ke teman untuk 'titip absen'... hahahaa... canggih juga jalan pikirannya. Tapi mesin absensi rupanya lebih canggih dan tidak meresponnya. *masih geli*

Sudahlah, apa sih yang ditakutkan? terima saja konsekuensinya, beres. Dan kita sudahi kegilaan yang tidak semestinya terjadi ini. *melipir*




Tidak ada komentar:

Posting Komentar