Banyak sekali perubahan yg terjadi di dunia yg aku tempati. Perubahan yg menuntut manusia makin sibuk mencari materi. Perubahan yg kadang memunculkan jurang kesenjangan. Akibatnya kriminalitas makin meningkat, dengan berbagai modus.
Entahlah, makin susah bukan untuk mempercayai orang lain sekarang ini? Kawan pun bisa berbalik menjadi lawan. Entah siapa yg benar, siapa yg salah. Buatku, susah untuk percaya orang lain.
Pernah suatu kali mencoba membantu suami melayani pembeli di counter pulsanya, tak taunya salah satu calon pembeli hari itu adalah seorang penipu. Penipu itu berlagak menjadi pembeli. Yang aku ingat, matanya besar, suaranya nyaring dan sangaat cerewet, ternyata aku belakangan baru tau itu taktiknya untuk membuatku kehilangan konsentrasi. Pada akhirnya bukannya dia membayar, uang yg dia beri ke aku entah bagaimana sudah berpindah tangan ke tangannya kembali beserta pulsa yg dia beli. Kami rugi 2 kali lipat dr nilai yg dia 'beli'.
Tapi aku masih bersyukur, setidaknya taktiknya untuk membuatku menyingkir dari meja yg berisi uang gagal. Karena aku mulai merasakan gelagat yg tidak beres dari dia. Yah, sedih memang dan merasa bodoh sekali.
Itulah, banyak sekali modus kejahatan, penipuan sekarang ini. Mau tidak mau, kewaspadaan kita makin meningkat, kadang orang yg benar-benar berniat baikpun terkena imbas kewaspadaan kita. Sedih memang, tapi keadaan menuntut demikian.
Lalu, suatu hari, dulu saat aku masih bekerja di perusahaan swasta yg memiliki food festival, salah satu pegawai kami yg bertugas sebagai kasir mengalami kesialan. Hari itu food fest kami kedatangan seorang pembeli, 2 orang berwajah Arab dan berpakaian sangat rapi, mereka pun berbahasa Arab. Mereka cuma membeli sebotol minuman bersoda, lalu membayar dgn uang 100 ribu, setelah kasir memberikan kembalian, entah bagaimana mrk yg berbahasa Arab ni berhasil memperdayai kasir dan berhasil mengambil bbrp lembar 100 ribu dari laci kasir.
Ternyata tak hanya yg berwajah pribumi saja yg bisa melakukan kejahatan seperti itu, bahkan seorang yg perlente pun bisa.
Lalu kemarin, saat aku sarapan di PKL dekat kantor, tiba-tiba seorang biksu muncul. Iya, biksu memakai baju biksu warna kuning tua, memakai kalung tasbih besar dan berbicara dengan bahasa China. Ajaib, kenapa tiba-tiba biksu itu mendatangi satu per satu pembeli disitu, seperti orang peminta-minta. Apa maksudnya? Hati ku bertanya, karena memang tidak mengerti kata-katanya. Memang suaranya sangat sopan, tapi ingatan ku kembali ke kejadian2 buruk yg pernah aku alami dan aku saksikan.
Aku jadi meragukan apakah itu benar-benar seorang biksu asli yg meminta sumbangan ataukah orang yg berkedok sebagai biksu dan kemudian buntutnya seorang penghipnotis yg penipu. Jujur aku takut kena hipnotis.
Apabila dia benar-benar seorang biksu yg meminta sumbangan, aku merasa sangat bersalah juga tidak mau menyumbang sedikit untuknya.
Entahlah.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar